3. Setiap orang pasti berbeda
Pernahkah kalian merasa teman kalian ahli dalam musik
membuat kalian tergugah untuk bermain musik pula? Itu hal bagus namun jangan
iri maupun dengki apabila temanmu sangat terkenal.
Karena sejak awal dia sudah dicetak seperti itu, kamu bisa
menyusulnya tetapi kamu harus ingat apakah kemampuanmu mencukupi.
Kisah dari seorang remaja laki-laki, Riko, mempunyai sahabat
gitaris, Sita, sudah cantik pintar dan kaya, terkenal pula.
Bertahun-tahun belajar akhirnya dia bisa memainkan lagu
dengan gitar walaupun dengan kunci-kunci dasar.
Di samping itu masa SMAnya berakhir kali ini dia memiliki
hobi membaca sampai bertahun sehingga ia banyak menulis.
Usahanya menembus majalah atau koran dengan tulisannya telah
sedikit tercapai. Sekarang dia sadar...
Kalau kemampuannya lebih condong ke dunia penulisan. Jadi
dia juga tidak rugi telah belajar musik. Untuk dirinya dan orang di sekitarnya.
Boleh kita
termotivasi oleh orang lain! Tapi ingat jadilah diri sendiri! Setiap orang
berbeda! Yang berkilau belum tentu emas!
Kisah seorang anak yang berada pada keluarga broken home.
Sejak kisruh kedua orang tuanya dia sangat depresi dan tidak punya harapan
maupun cita-cita lagi.
Dalam keadaan itu dia tetap tabah, ikhlas dan melupakan masa
lalu yang kelam tetapi tetap mengambil hikmah dari kejadian itu. Ini adalah hal
terbaik karena anak usia 14 tahun sudah bisa mengambil hikmah dari
permasalahan.
Sesuai perputaran waktu, Tuhan mendewasakannya secara Luar
Biasa. Pikirannya lebih dewasa dari umurnya. Hingga umurnya yang ke 18 tahun,
anak ini menemui sebuah masalah yang paling berat. Yaitu “kegagalan”.
Usaha-usaha yang dia coba hampir gagal seluruhnya. Dia tidak
punya teman akhirnya merantau ke kota besar dan bersyukur Tuhan melindunginya
dan ditempatkan di lingkungan orang Soleh (muslim).
Dia mulai berjilbab untuk menutupi auratnya memulai usahanya
berjualan nasi. Keadaan berubah karena sejak umur 14 tahun dia sudah percaya
bahwa Tuhan bersamanya jadi sekarang semua berubah dari keadaannya dulu.
Dari usahanya dia punya langganan yang seumuran akhirnya
menjadi sahabat. Dan tak pernah terbayang oleh dirinya orang tua sahabatnya
memberi modal untuk membuka warung makan sederhana dengan meja tamu 4 biji.
Lama-lama sukses dan rasa syukurnya tak henti-henti
diucapkan pada Tuhan yang selalu menemaninya di saat orang tuanya berpisah dan tak
peduli lagi dengan anaknya serta keluarga satu-satunya adalah neneknya.
Walaupun dia sedikit galak saat merawatnya tetapi kesuksesannya ditujukan juga
pada neneknya.
Percayalah semua
indah pada waktunya! Ini kisah nyata seorang sahabat saya yang namanya tidak
ingin disebutkan!
“aku tahu kamu menyesal namun kali ini saja kamu menyesal,
apabila kamu ingin berubah, berikan perubahanmu itu, kebaikanmu, tobat dari
khilafmu itu dan kebahagiaanmu kepadanya. Aku tidak akan menerimamu lagi. Namun
jika Tuhan yang menghendaki kita kembali dengan cara apa aku tak tahu aku akan
menuruti Tuhan.”
1.
Tak
perlu menangisi yang tidak perlu
Cerita dari Rana dan Farel, mereka adalah pasangan yang
telah bertunangan. Pada titik bosan manusia mengalami hal-hal aktivitas yang
menimbulkan rasa ingin tahu berlebih seperti yang dialami Farel ketika bosan
karena hubungannya dengan Rana dirasa tak begitu berasa. Akhirnya Farel mencari
seseorang yang lebih dapat dijadikan seorang teman atau bahkan lebih dari itu.
Entah apa yang mendorong Rana mulai mencari tahu tentang
pasangannya itu. “Farel kok semakin cuek ya, padahal menurutku dulu aku yang
lebih cuek dari dia.” Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena sama saja dengan
batu dilawan batu jadi pecah deh. Cuek dilawan cuek wah jadi pecah nanti itu
hubungan.
Farel resmi mendua dia usia pertunangannya yang baru
menginjak 2 bulan beberapa hari itu. Awalnya dia dapat menutupi namun
sepintar-pintar menyembunyikan bangkai pasti tercium juga. Rana memergokinya
sedang berduaan di Mall. Apa yang dilakukan Rana?
Awalnya dia bersedih entah apa saja yang dihadapannya berasa
salah, Farel tetap merayu-rayu tapi Rana tak peduli akhirnya bola matanya
mengeluarkan air kesedihan. Rana menangis sepanjang malam, tapi apa daya tangan
tak sampai ketika orang tua mengetahui hal itu keputusan diserahkan pada Rana.
Mendekatkan diri pada Sang Pencipta adalah jalan
satu-satunya yang ditempuh Rana untuk menentukan keputusannya dan itu akan
menjadi pilihan hidupnya. Mereka dipertemukan, “Rana, maafkan aku. Aku tak
bermaksud menyakitimu. Aku hanya khilaf.” Rana hanya tersenyum karena air
matanya telah tenang mengalir hanya di dalam matanya tak sampai keluar.
Menurutnya menangisi hal yang tak perlu adalah hal sia-sia.
“Farel, ajaklah dia ke orang tuamu untuk menjadi tunanganmu
yang baru. Aku tidak akan membencimu jika dia lah yang membuatmu bahagia.”

“Rana.........” “ssssssttt...... farel pergilah! Aku hanya
berdoa pada Tuhan untuk memberikan pasangan yang taat pada Tuhan dan saling
melengkapi kekurangan di antara aku dan dia.”
Hubungan mereka sampai di situ tetapi harus mengurusi dengan
keluarga mereka beberapa hari hingga benar-benar deal mereka bukan pasangan
lagi. Farel menyesali itu semua. Rana bahagia dengan keputusannya hanya karena
Tuhan semata.
Menahan tangis memang
bukan perkara mudah! Namun jika kita tidak mencoba pasti akan selalu susah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar