lilaemaliza

Senin, 21 November 2016

Terbaik Apa Terbalik?

       Begini ceritanya, pakai basa basi dulu atau tidak ya enaknya? Kalau kalian tidak usah pakai basa basi ya baca cerita ini karena kalian saja sudah basi hidupnya. Oke sekarang mulai di mana letak terbaik dan terbaliknya hari ini. Pertama, hari-hari sebelumnya aku mengajak teman-teman yang dekat denganku untuk mengunjungi tempat yang menurutku menarik di kota keduaku. Mereka tidak bisa karena tidak ada waktu. Oh ya sebelumnya aku memberi kalian info lagi bahwa kalau aku berharap bisa bersama-sama mereka ternyata tidak bisa. Yasudah aku sudah tidak berharap sesuatu yang tidak mungkin. Kalian harus bisa tidak peduli ya setelah kepedulian kalian tidak diperhatikan karena itu perbuatan sangat menantang.
       Sudah deh, sudah deh sekarang mulai ceritanya ya. Setelah hari-hari sebelumnya berlalu, aku seperti sudah diujung rasa menyerah dan tanpa harapan. sepertinya sudah tidak ada harapan hidup. Halah apa-apa aku ini? *lebay*. Namun, itu berubah saat negara api menyerang. Ada kawanku yang lama tidak bertemu. Dia mengajakku ke sebuah tempat yang belum pernah aku mendengarnya. Bukan karena tempat itu baru, hanya saja karena aku tidak pernah ke sana, saking noraknya diriku di hadapan temanku. Halah apa lagi aku ini? Dia mengajakku rencananya di hari Minggu. Kalian tahu biasanya hari itu aku melakukan apa? Ya, aku pulang ke kota tercinta, kota kelahiranku. Namun, kali ini tidak, sudah aku iyakan saja daripada sudah tidak ada harpan hidup lagi *lebay*.
       Hari ini hari jumat. By the way, kalau kalian tidak tanya jangan menggerutu saja. Hari Minggu ada acara, hari sabtunya yang belum. Yasudah diam saja di tempat tidur daripada  memaksakan kehendak. Eh, hari Sabtu datang dan hari Jumat sudah jadi masa lalu. Siapa bilang orang kalau cinta itu bisa bertahan lama? Aku saja cinta dengan hari jumat kemarin, bisa-bisanya dia meninggalkanku dan menyuruh hari Sabtu yang menemani. Dia sudah menjadi masa laluku sekarang. Sekarang hari Sabtu,tapi aku ingin bercerita tentang Jumat dulu karena aku masih sangat mencintainya.
       Begini jelasnya. Hari Jumat ini temanku yang tidak terduga-duga menghampiri istanan terbaikku.
       "Aaaaaaaaaaaa!!!!" begitu jeritku ketika dia mengagetkanku.
       Aku tidak pernah menyangka bagaimana kami bisa sedekat ini. Dia berkata bahea hanya ingin mampir melepas rindu dan penat. Rindu ini memang semua lepas bahkan penat yang menumpuk-numpuk malah hilang seketika. Datang lagi temanku yang lain. Bukan datang sih, tapi aku undang ke istanaku. Dia memang banyak bicara, tapi tidak menyebalkan. Semuanya menyenangkan kali ini. Namun, semakin lama semakin mereka berkata kalau ada kelelahan. Seperti di film-film kartun, tiba-tiba seakan di samping kepalaku ada nola lampu berwarna emas menyala *ting* 'aku ada ide'.
       "Gimana kalau kita ke roti panggang?"
       Roti panggang ini tempat di mana orang-orang foto bersama berkedok beli makanan. Tempatnya indah. Penerangannya pas. Pealayannya juga tidak menyebalkan. Mereka tersenyum terus seolah-olah ada air terjun di giginya sampai tidak kering.
       "Aku males," kawanku  mengeluh saat kuajak.
       "Aku mager," kawanku yang banyak bicara.
       "Ayo aku bayar!" siapa tahu kalau gratis bisa mereka mau. Ternyata mereka kasihan padaku. Memang sih kalau wajah-wajah tidak punya uang begini tidak meyakinkan kalau berkata, 'ayo aku bayar!'
       Mereka mau ke roti panggang, tapi patungan. Yay! Aku kira semua berjalan lancar. Aku tidak menyangka setelah selesai mandi, hujan jatuh tanpa komando. Mengapa hujan harus jatuh? Mungkin di langit sana dia tidak berpegangan pada yang lain. Jadi, jatuh deh ke bumi, kasihan. Kalau jatuhnya seperti jatuh cinta pasti rasanya berbunga-bunga. Namun, kalau jatuh seperti jatuh dari tangga itu sangat menyakitkan. *Setengah jam kemudian*
       "Hoi hujan reda!!" hanya aku yang bersemangat. Mereka tetap saja bermalas-malasan.
       "Yok langsung cabut!"
       Tanpa pikir panjang, aku raih baju kesukaanku warna biru. Memang sudah pudar alias lebus. Warnanya memang sudah tidak biru sempurna.
       Di tempat roti panggang kami hanya fokus berfoto-foto. Jadi, kalau makanan sampe anyep itu sudah biasa. Cerita yang paling parah dan tidak kuat menahan tawa saat kami meminta difoto oleh salah satu pelayan. Semua pengunjung yang makan langsung bangkit memandangi kami semua. Mereka pikir ada apa kok kami bisik-bisik dengan pelayan. Karena kami merasa malu, beberapa jepretan selesai lalu kami pilih pulang.
       "Woi kalian memalukan!"
       "Hei hei apa pedulimu? Tapi asyik kan?"
Aku memikir dua kali karena mereka benar, hal gila itu kadang-kadang juga mengasyikkan. Namun mendadak leherku gatal ternyata ada makhluk kecil yang menyengat.
       "Hai guys. Aku mau kasih tahu sesuatu, tapi jangan tertawa ya?" Mereka diam dan memperhatikanku. Mereka konsentrasi penuh seperti ingin mendapat informasi yang serius.
       "Apa?"
       "Eh guys, ini kaosku terbalik loh, kalian tahu?" mereka hanya diam dan berpaling.
       "Kok kalian nggak ketawa?"
       "Katanya nggaj boleh ketawa ya kita diam," salah satu temanku menjawab.
       Hahaha. Suara tawa kami pecah. Kami tertawa di sepanjang jalan pulang karena saat itu jalan kaki. Jadi kami asyik saja tertawa bersama-sama. Aku tidak habis pikir bagaimana bisa kaos ini terbalik. Aku hanya bisa menahan tawa dan malu. Aku masih berpikir terus dan terus. Coba deh kalian bayangkan. Betapa tidak malu kalau kalian memakai baju terbalik saat kamu di antara kerumunan berbaju kekinian. Berfoto-foto bersama. Dan akhirnya baru sadar bajumu terbalik. Ini terbalik di waktu yang terbaik. Aku berhenti berpikir, masih saja otak ini berpikir malu sambil melihat hasil foto-foto kami bertiga. Memang sedikit tidak terlihat terbakik. Namun inilah pertanyaannya. Terbaik apa terbalik? Hahaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar