Begini ceritanya, pakai basa basi dulu atau tidak ya enaknya? Kalau kalian tidak usah pakai basa basi ya baca cerita ini karena kalian saja sudah basi hidupnya. Oke sekarang mulai di mana letak terbaik dan terbaliknya hari ini. Pertama, hari-hari sebelumnya aku mengajak teman-teman yang dekat denganku untuk mengunjungi tempat yang menurutku menarik di kota keduaku. Mereka tidak bisa karena tidak ada waktu. Oh ya sebelumnya aku memberi kalian info lagi bahwa kalau aku berharap bisa bersama-sama mereka ternyata tidak bisa. Yasudah aku sudah tidak berharap sesuatu yang tidak mungkin. Kalian harus bisa tidak peduli ya setelah kepedulian kalian tidak diperhatikan karena itu perbuatan sangat menantang.
Sudah deh, sudah deh sekarang mulai ceritanya ya. Setelah hari-hari sebelumnya berlalu, aku seperti sudah diujung rasa menyerah dan tanpa harapan. sepertinya sudah tidak ada harapan hidup. Halah apa-apa aku ini? *lebay*. Namun, itu berubah saat negara api menyerang. Ada kawanku yang lama tidak bertemu. Dia mengajakku ke sebuah tempat yang belum pernah aku mendengarnya. Bukan karena tempat itu baru, hanya saja karena aku tidak pernah ke sana, saking noraknya diriku di hadapan temanku. Halah apa lagi aku ini? Dia mengajakku rencananya di hari Minggu. Kalian tahu biasanya hari itu aku melakukan apa? Ya, aku pulang ke kota tercinta, kota kelahiranku. Namun, kali ini tidak, sudah aku iyakan saja daripada sudah tidak ada harpan hidup lagi *lebay*.
Hari ini hari jumat. By the way, kalau kalian tidak tanya jangan menggerutu saja. Hari Minggu ada acara, hari sabtunya yang belum. Yasudah diam saja di tempat tidur daripada memaksakan kehendak. Eh, hari Sabtu datang dan hari Jumat sudah jadi masa lalu. Siapa bilang orang kalau cinta itu bisa bertahan lama? Aku saja cinta dengan hari jumat kemarin, bisa-bisanya dia meninggalkanku dan menyuruh hari Sabtu yang menemani. Dia sudah menjadi masa laluku sekarang. Sekarang hari Sabtu,tapi aku ingin bercerita tentang Jumat dulu karena aku masih sangat mencintainya.
Begini jelasnya. Hari Jumat ini temanku yang tidak terduga-duga menghampiri istanan terbaikku.
"Aaaaaaaaaaaa!!!!" begitu jeritku ketika dia mengagetkanku.
Aku tidak pernah menyangka bagaimana kami bisa sedekat ini. Dia berkata
bahea hanya ingin mampir melepas rindu dan penat. Rindu ini memang semua
lepas bahkan penat yang menumpuk-numpuk malah hilang seketika. Datang
lagi temanku yang lain. Bukan datang sih, tapi aku undang ke istanaku.
Dia memang banyak bicara, tapi tidak menyebalkan. Semuanya menyenangkan
kali ini. Namun, semakin lama semakin mereka berkata kalau ada
kelelahan. Seperti di film-film kartun, tiba-tiba seakan di samping
kepalaku ada nola lampu berwarna emas menyala *ting* 'aku ada ide'.
"Gimana kalau kita ke roti panggang?"
Roti panggang ini tempat di mana orang-orang foto bersama berkedok beli
makanan. Tempatnya indah. Penerangannya pas. Pealayannya juga tidak
menyebalkan. Mereka tersenyum terus seolah-olah ada air terjun di
giginya sampai tidak kering.
"Aku males," kawanku mengeluh saat kuajak.
"Aku mager," kawanku yang banyak bicara.
"Ayo aku bayar!" siapa tahu kalau gratis bisa mereka mau. Ternyata
mereka kasihan padaku. Memang sih kalau wajah-wajah tidak punya uang
begini tidak meyakinkan kalau berkata, 'ayo aku bayar!'
Mereka mau ke roti panggang, tapi patungan. Yay! Aku kira semua berjalan
lancar. Aku tidak menyangka setelah selesai mandi, hujan jatuh tanpa
komando. Mengapa hujan harus jatuh? Mungkin di langit sana dia tidak
berpegangan pada yang lain. Jadi, jatuh deh ke bumi, kasihan. Kalau
jatuhnya seperti jatuh cinta pasti rasanya berbunga-bunga. Namun, kalau
jatuh seperti jatuh dari tangga itu sangat menyakitkan. *Setengah jam
kemudian*
"Hoi hujan reda!!" hanya aku yang bersemangat. Mereka tetap saja bermalas-malasan.
"Yok langsung cabut!"
Tanpa pikir panjang, aku raih baju kesukaanku warna biru. Memang sudah
pudar alias lebus. Warnanya memang sudah tidak biru sempurna.
Di tempat roti panggang kami hanya fokus berfoto-foto. Jadi, kalau
makanan sampe anyep itu sudah biasa. Cerita yang paling parah dan tidak
kuat menahan tawa saat kami meminta difoto oleh salah satu pelayan.
Semua pengunjung yang makan langsung bangkit memandangi kami semua.
Mereka pikir ada apa kok kami bisik-bisik dengan pelayan. Karena kami
merasa malu, beberapa jepretan selesai lalu kami pilih pulang.
"Woi kalian memalukan!"
"Hei hei apa pedulimu? Tapi asyik kan?"
Aku memikir dua kali karena mereka benar, hal gila itu kadang-kadang
juga mengasyikkan. Namun mendadak leherku gatal ternyata ada makhluk
kecil yang menyengat.
"Hai guys. Aku mau kasih tahu sesuatu, tapi jangan tertawa ya?" Mereka
diam dan memperhatikanku. Mereka konsentrasi penuh seperti ingin
mendapat informasi yang serius.
"Apa?"
"Eh guys, ini kaosku terbalik loh, kalian tahu?" mereka hanya diam dan berpaling.
"Kok kalian nggak ketawa?"
"Katanya nggaj boleh ketawa ya kita diam," salah satu temanku menjawab.
Hahaha. Suara tawa kami pecah. Kami tertawa di sepanjang jalan pulang
karena saat itu jalan kaki. Jadi kami asyik saja tertawa bersama-sama.
Aku tidak habis pikir bagaimana bisa kaos ini terbalik. Aku hanya bisa
menahan tawa dan malu. Aku masih berpikir terus dan terus. Coba deh
kalian bayangkan. Betapa tidak malu kalau kalian memakai baju terbalik
saat kamu di antara kerumunan berbaju kekinian. Berfoto-foto bersama.
Dan akhirnya baru sadar bajumu terbalik. Ini terbalik di waktu yang
terbaik. Aku berhenti berpikir, masih saja otak ini berpikir malu sambil
melihat hasil foto-foto kami bertiga. Memang sedikit tidak terlihat
terbakik. Namun inilah pertanyaannya. Terbaik apa terbalik? Hahaha.
lilaemaliza
Senin, 21 November 2016
Minggu, 20 November 2016
Tips-tips Memotivasi Diri Sendiri
Pernahkah kalian merasa hidup ini tidak adil dan ingin mengakhiri hidup saja daripada disiksa ketidakadilan? Jangan khawatir kalian tidak sendirian. Di mana-mana orang pasti pernah merasakan hal itu, walaupun seorang yang hidupnya pernah damai sekalipun. Namun, kalian harus ingat risiko bunuh diri dan apalah yang berhubungan dengan itu. Jadi, ada tips nih buat kalian para pejuang pembangkit semangat. Silakan mencoba!
1. cobalah untuk mengerti kalau yang kalian alami itu tidak hanya kalian yang mengalami
2. tanamlah dalam lubuk hati yang terdalam kalian pasti bisa melewati semua ini
3. pilihlah untuk bahagia ya
4. sadarilah semua tidak mungkin melebihi kemampuanmu
5. carilah teman yang bisa mengerti dan ajak dia untuk memahami masalahmu kemudian menyelesaikan bersama
6. usahakan mencurahkan segalanya dengan orang yang lebih dewasa. dewasa bukan berarti memiliki umur lebih banyak, tapi pengalaman lebih banyak
7. tulis keinginanmu setelah masalah sudah mereda dan kamu termotivasi untuk bangkit
8. Tuhan mengatur segalanya. apabila kamu taat, semua akan baik-baik saja
9. jangan pernah berpikir buruk pada jauh ke depan, menghadapi semua kemungkinan, boleh, tapi jangan sampai terlarut
10. kekuatan terbesar untuk termotivasi ada pada diri kamu sendiri
gambar by: dimoji
1. cobalah untuk mengerti kalau yang kalian alami itu tidak hanya kalian yang mengalami
2. tanamlah dalam lubuk hati yang terdalam kalian pasti bisa melewati semua ini
3. pilihlah untuk bahagia ya
4. sadarilah semua tidak mungkin melebihi kemampuanmu
5. carilah teman yang bisa mengerti dan ajak dia untuk memahami masalahmu kemudian menyelesaikan bersama
6. usahakan mencurahkan segalanya dengan orang yang lebih dewasa. dewasa bukan berarti memiliki umur lebih banyak, tapi pengalaman lebih banyak
7. tulis keinginanmu setelah masalah sudah mereda dan kamu termotivasi untuk bangkit
8. Tuhan mengatur segalanya. apabila kamu taat, semua akan baik-baik saja
9. jangan pernah berpikir buruk pada jauh ke depan, menghadapi semua kemungkinan, boleh, tapi jangan sampai terlarut
10. kekuatan terbesar untuk termotivasi ada pada diri kamu sendiri

gambar by: dimoji
Rabu, 16 November 2016
Tak Sesexi Dia
Siang ini seperti biasa Uki menyiapkan diri untuk kembali ke tempat perantauannya. Waktu tidak pernah diajak kompromi kalau sudah menunggu bus biru langganannya. Sebenarnya ada bus putih yang bisa mengantarnya lebih cepat, tapi harganya lebih mahal sedikit. Otot-ototnya sudah berteriak memanggil Uki yang dari tadi tidak segera dijemput. Seperti pucuk dicinta ulam pun tiba. Kalau ibarat dia melempar bola ke dinding ada imbasnya, bisa jadi tertangkap waktu memantul atau bisa jadi terkena jidat waktu memantul.
Sudah itu saja basa-basinya. Intinya hari ini Uki sangat sial karena dia tidak dapat tempat duduk. Ototnya semakin berteriak hingga ingin demo menuntut penistaan kesehatan. Apa jadinya kalau perjalanan 3 jam tidak bisa duduk? Yasudahlah. Bus seperti biasa memasukkan penumpan walau sudah penuh. Yang Uki ingat, penumpangnya ada yang naik, berdiri, di tengah pintu. Dia ingat karena waktu itu yang di tengah pintu rambutnya agak seperti mengembang. Dia laki-laki, tampangnya lumayan kalau bagi Uki yang pas-pasan. Rambutnya nyangkut di antara ranting-ranting pohon. Lucu kan? Anggap saja lucu. Untung dia tidak ikut nyangkut di pohon. Mungkin dia pakai sampo yang bahannya dari madu membuat rambut, lembu berkilau walau ikal. Jadi, kesangkut bisa terlepas sendiri. Seakan disisir pakai jari sudah cukup.
Sebenarnya Uki ini anak perempuan yang wajahnya pas-pasan bila disandingkan Maudy Ayunda. Begitu si katanya, kenapa Maudy Ayunda? Entahlah, dia sangat suka sekali dengannya. Bahkan dia pernah bercita-cita mengoperasi plastik wajahnya seperti dia, tapi itu mustahil. Nanti malah menjadi sinetron baru, kembar tapi palsu.
Oh ya, ini kenapa jadi basa-basi lagi? Intinya Uki sangat sial, yang pertama sudah tahu kan? Dia berdiri dari 1 jam yang lalu. Namun, untung saja ada bapak-bapak bangku belakang, paling pojok, kanan, deretan sopir, turun di terminal terdekat. Lega rasanya. Demo para otot-otot kaku tebayar sudah. Jadi, di tengah perjalanan ada anak laki-laki, lumayan, tapi sepertinya dia masih imut-imut bau almamater baru, masih mahasiswa baru. Berdiri tepat di depannya, tempat dia berdiri tadi. Dia bawa tas, kamu kira tasnya itu besar? Ya, sangat besar, mungkin diisi adik keponakan Uki yang nakalnya tidak tertolong dunia akhirat bisa itu, adik Uki masih kelas TK A.
"Maaf mas, ditaruh bagasi saja ya tasnya?"
"Tidak usah pak, merepotkan."
Bapak kernet seperti tidak peduli lagi. Namun, aku pikir ini anak malah merepotkan kalau tasnya ditaruh di sini. Bapak kernet memang tugasnya seperti itu, bukan merepotkan. Dasar anak ingusan, ganteng, tapi sedikit tidak jelas. Yang Uki tahu nama anak itu waktu dipanggil temannya, 'ndre'. Jadi, dia menyimpulkan namanya adalah Andre. Bisa ditebak bukan? Pasti bukan Ndrea, Ndrenata, Gendre, atau apalah. Tasnya mulai menutupi kaki Uki yang lemah. Dia hanya minta maaf. Uki bilang dalam hati, baru saja dia dapat rezeki, malah dapat sial lagi.
Uki mencoba berbincang dengan mbak-mbak sebelah kanan dan kirinya. Cara itu mengalihkannya dari rasa mengeluh dan lain-lain. Awalnya canggung menjadi agak akrab. Mereka bisa tertawa bersama dan kadang saling menertawakan.
Uki mencoba berbincang dengan mbak-mbak sebelah kanan dan kirinya. Cara itu mengalihkannya dari rasa mengeluh dan lain-lain. Awalnya canggung menjadi agak akrab. Mereka bisa tertawa bersama dan kadang saling menertawakan.
"Uki, lihat tu cowok. Kalau diam terus pas bus belok nanti ekspresi kelabakannya pasti membuatmu ingin menamparnya."
"Jeni, kamu pikir cuma mas-mas itu. Lihat mbak yang berjilbab biru panjang itu. Dia berdiri, tapi masih sempetnya merem ngantuk. Nanti kalau dia terkantuk ekspresinya lucu, matanya kayak sulit dibuka. Lihat! Lihat itu! Hahahahahah."
Mereka masih tertawa karena mengamati yang lain yang berdiri. Nata, anak sebelah kanan Uki hanya ikut tertawa karena mungkin dia tidak ada bahan untuk menertawakan yang lain, mending begitu daripada garing kalau dipaksa. Namun, wajah Nata memang terlihat polos-polos diam begitulah. Kalian tahu waktu mereka bertiga sudah akrab? Nata mengeluarkan kresek berwarna hitam. Uki dan Jeni kira dia mau muntah karena mabuk perjalanan. Eh bukan, ternyata Nata bawa makanan sebanyak kresek merah itu. Tidak penuh memang, tapi jumlahnya cukup banyak kalau 2 jam perjalanan pasti belum habis.
"Dua, ikut," bapak kernet memberi isyyarat pada sopir kalau di depan ada dua penumpang yang akan naik. Waktu itu masuk daerah dataran tinggi yang jalannya berkelok-kelok.
Uki mulai tertawa tanpa sebab. Dia bisa membayangkan dengan jelas apa yang akan terjadi. Bukan peramal, hanya membayangkan, makanya dia tertawa sedikti terbahak. Tiba-tiba dua penumpang yang baru masuk membentak Uki karena dikira dia menertawakan mereka. Uki menggeleng-geleng sampai dibela Jeni dan Nata. Padahal, dia memang menertawakan mbak-mbak yang baru naik. (Maaf) karena badanya memiliki berat badan berlebih.
Sial Uki tadi belum teratasi karena kakinya tambah kesemutan karena ditindih tas milik laki-laki tadi. Kini, kakunya diletakkan di atas tas itu tanpa sepengetahuan pemiliknya. Uki mencolek Jeni dan membisikkan sesuatu yang membuat mereka tertawa. Di sana, perempuan dua tadi kualahan menahan dirinya saat bus melewati jalan berkelok-kelok. Jadi, rasanya seperti badannya menggelundung-gelundung di dalam bus, menabrak semua yang di dekatnya. Ada, Uki ingat saat itu ada anak laki-laki kurus di dekat mbak-mbak tadi. Dia sampai berkata ingin cepat turun tanpa alasan yang jelas. Dia naik bersama ketiga temannya. Dia berbisik pada temannya, tidak terdengar memang. Namun, Uki bisa menyimpulkan dengan isyaratnya dia membicarakan dua perempuan sexi tadi yang menyiksa dirinya di jalan berkelok-kelok.
Semua orang tertawa. Dua perempuan itu tidak lagi galak karena mereka sendiri juga seakan menertawakan diri mereka sendiri. Mereka menggelundung tanpa arah di dalam bus sampai bus memasuki kota. Kota itu tidak lagi banyak kelokan. Ada, tapi tidak banyak.
"Pak, pertigaan depan."
Laki-laki kurus itu berteriak pada temannya untuk 'ayo cepat'. Namun, lucunya teman-temannya yang ingin siap-siap menuju pintu belakang bingung. Keadaan bus penuh, sangat penuh, banyak yang berdiri, dan dia berdiri di tengah, sedangkan di belakangnya ada dua perempuan tadi. Otomatis jalan untuk keluar tertutup keduaperempuan tadi. Sialnya, saat teman-teman yang ingin turun minta jalan, dua perempuan sexi itu tidak mau turun dulu. Jadi, dia mundur-mundur sampai salah satu pantat sexi itu terkena wajah Uki yang sedang agak merunduk bermain HP.
"Waow."
Uki, Jeni, dan Nata sempat berkata waow bebarengan. Lalu, mereka tertawa terbahak-bahak. Uki menyumpahi mbak-mbak tadi semoga sexi dan cepat kurus agar tidak mengenai wajahnya lagi. Susah, masih tetap susah teman-temannya yang mau turun minta jalan. Akhrirnya keduanya turun dahulu. Mereka tidak sengaja menurunkan kaki kiri di tengah pintu bersamaan. Jadi saat itu badan mereka berdua menyangkut di pintu. Hal itu menggundang gelak tawa para penumpang. Yang depan kepo-kepo sampai berdiri ingin melihat. Sopir yang berwajah garang saja juga ikut tertawa.
"Cepat, pret," walaupun sopir tertawa, dia menyuruh bapak kernet suruh cepat.
"Sabar bos. Sexi."
Pada akhirnya memang bisa diatasi, tapi ya butuh waktu yang lama. Mereka sudah seperti tidak peduli malu. Mereka juga ikut tertawa dengan penumpang lain. Itu menurut Uki, sial yang tidak begitu sial. Dia hanya merasa terhina saja terkena pantatnya, tapi yasudahlah. Memang sudah terjadi, mau bagaimana lagi.
"Aku ingin membalasnya, tapi aku tak sesexi dia," Uki berbisik pada Jeni dan Nata. Mereka memang sudah seperti akrab. Padahal, baru tadi dipertemukan.
Semua sudah semakin tenang. Tertawaan juga sudah reda. Uki memasang earphone dan mendengarkan lagu kesukaannya. Dia tertidur hingga Jeni membangunkan dan memberitahu bahwa mereka sudah sampai terminal. Rasa sial dan lelah sudah terbayarkan. Pengalaman dan kenangan semakin bertambah. Bahkan dari orang-orang yang baru dia kenal saja mendapat pelajaran berharga. Tertawa tidak harus menertawkan, tapi tertawa bersama. Penyebab tawa bukan berarti dihina, tapi karena dia sangat diperhatikan karena menghibur.
Uki mau mengabadikan semua itu, tapi apalah daya HP dia tidak memiliki
kamera yang bagus. Uki tidak tahu dengan Jeni dan Nata, sepertinya
mereka juga tidak merekam, tidak tahu dengan yang lain. Yang jelas, saat
ini Uki sudah tidak pernah bertemu mereka lagi.
Langganan:
Postingan (Atom)