lilaemaliza

Kamis, 29 September 2016

Hidup adalah Pilihan



Hai kalian-kalian yang masih hidup. Sadar kan kalau hidup itu adalah pilihan. Pilihan kalian untuk hidup ada pada diri kalian sendiri. Kali ini aku akan bercerita, saat ini pilihan hidupku jatuh pada satu kata “bahagia”. Ya, aku memilih bahagia dalam hidup. Bertahun-tahun yang aku lalui tidak pernah sebahagia ini. Betapa tidak? Aku menjalani hidup dengan penuh syukur dan ikhlas. Suatu ketika satu masalah timbul saat umurku masih sangat muda, aku berusaha tegar tetapi tidak bisa karena waktu itu memang sangat-sangat terpukul dan bebannya sangat berat. Kedua, masalah timbul saat umurku juga maih muda, sangat muda, belum bisa membedakan mana perbuatan baik dan tidak baik. Semua masalah muncul beriringan dengan renggang waktu yang cukup singkat dan tidak dapat diperhitungkan. Mulai dari masalah orang tua, masalah dengan saudara, masalah dengan tetangga, masalah dengan diri sendiri, masalah dengan teman atau sahabat, masalah dengan musuh, dan yang terakhir dan paling panjang penyiksaan yang aku alami adalah masalah dengan seseorang yang aku kagumi dan masalah dengan alam. Dalam cerita perjalanan pilihan hidup ini ada sebuah pukulan yang membuatku tersadar. Ya, aku menamainya “baru kusadari”. Seseorang yang aku kagumi terus aku kagumi, tetapi tidak pernah membuatku bahagia. Seseorang yang terus menerus menyakitiku malah membuatku bertahan sangat lama. Alam juga begitu, aku sakit sangat sakit, jatuh berkali-kali tidak pernah bisa mengangkat diriku sendiri malah oleh alam masih saja dijatuhkan lagi, lagi, lagi hingga aku ingin menyudahi hidupku saja.
Pernah aku merasa akan mengakhiri hidupku, tetapi rasa ragu akan kematian selalu menghantui. Semua sudah pernah kusiapkan, benda tajam, racun, dan surat wasiat. Namun, semua salah, tidak itu tujuan hidupku. Pada ujung penderitaanku, yang entah sampai kapan penderitaan ini menempel pada diriku, aku mendapat kata-kata dari seorang pengajar di universitas, dia berkata bahwa hidup itu adalah pilihan. Ya, aku tahu, dari dulu wacana “hidup adalah pilihan” sudah menjadi hal yang dijadikan seperti peribahasa. Aku tidak tahu artinya dahulu, walaupun sudah kujadikan status dan lain-lain. Pada saat ini aku baru tahu artinya, ya, pilihan. Aku memilih bahagia walau sampai detik ini penderitaan masih saja menghantui diriku. Saat orang yang aku kagumi mengacuhkanku, aku berkata pada diriku sendiri, “ya memang aku bisanya seperti ini. Aku sudah berusaha, aku sadar diri bagaimana hasilnya. Kalau memang dia lebih baik dariku ya itu memang dari Tuhan. Jangan khawatir orang ada petaknya sendiri-sendiri. Bayangkan saat laptopmu rusak kalau dikoyak-koyak sendiri sampai otak dan pikiranmu hancur melihat tutorial-tutorial macam-macam tanpa ilmu itu sia-sia. Mending ke tukang servis, nah itu petak manusia. Dia di petak tukang servis, aku di petak orang yang mau servis. Sudah”.
Pada saat alam menghukumku dengan kegagalan dan kesulitan dengan caranya, aku selau bilang, “ada yang lebih tahu aku harus bagaimana, kalau aku sudah berusaha seperti yang disarankan aku akan mencoba berpikir apa yang terbaik, kalau sudah diujung aku harus gagal, ya aku akan tawakal.”
Bukan berarti tidak hanya berdiam dan bilang “yasudah”, tapi berusahalah sampai menuju ujung hingga kam seakan ingin bunuh diri saja. Itulah yang aku sebut memilih bahagia. Jadi mulai saat ini bahagia menurutku adalah syukur dan ikhlas walaupun biasanya bahagia diidentikan dengan senyuman dan tawa. Aku menangis pun bila itu aku bersyukur akan kusebut bahagia. Hidup adalah pilihan. Silakan kalian memilih pilihan hidup yang tepat. Namun, jangan lupa bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar