Hai
kalian-kalian yang masih hidup. Sadar kan kalau hidup itu adalah pilihan. Pilihan
kalian untuk hidup ada pada diri kalian sendiri. Kali ini aku akan bercerita,
saat ini pilihan hidupku jatuh pada satu kata “bahagia”. Ya, aku memilih
bahagia dalam hidup. Bertahun-tahun yang aku lalui tidak pernah sebahagia ini. Betapa
tidak? Aku menjalani hidup dengan penuh syukur dan ikhlas. Suatu ketika satu
masalah timbul saat umurku masih sangat muda, aku berusaha tegar tetapi tidak
bisa karena waktu itu memang sangat-sangat terpukul dan bebannya sangat berat. Kedua,
masalah timbul saat umurku juga maih muda, sangat muda, belum bisa membedakan
mana perbuatan baik dan tidak baik. Semua masalah muncul beriringan dengan
renggang waktu yang cukup singkat dan tidak dapat diperhitungkan. Mulai dari
masalah orang tua, masalah dengan saudara, masalah dengan tetangga, masalah
dengan diri sendiri, masalah dengan teman atau sahabat, masalah dengan musuh,
dan yang terakhir dan paling panjang penyiksaan yang aku alami adalah masalah
dengan seseorang yang aku kagumi dan masalah dengan alam. Dalam cerita
perjalanan pilihan hidup ini ada sebuah pukulan yang membuatku tersadar. Ya,
aku menamainya “baru kusadari”. Seseorang yang aku kagumi terus aku kagumi,
tetapi tidak pernah membuatku bahagia. Seseorang yang terus menerus menyakitiku
malah membuatku bertahan sangat lama. Alam juga begitu, aku sakit sangat sakit,
jatuh berkali-kali tidak pernah bisa mengangkat diriku sendiri malah oleh alam
masih saja dijatuhkan lagi, lagi, lagi hingga aku ingin menyudahi hidupku saja.
Pernah
aku merasa akan mengakhiri hidupku, tetapi rasa ragu akan kematian selalu
menghantui. Semua sudah pernah kusiapkan, benda tajam, racun, dan surat wasiat.
Namun, semua salah, tidak itu tujuan hidupku. Pada ujung penderitaanku, yang
entah sampai kapan penderitaan ini menempel pada diriku, aku mendapat kata-kata
dari seorang pengajar di universitas, dia berkata bahwa hidup itu adalah
pilihan. Ya, aku tahu, dari dulu wacana “hidup adalah pilihan” sudah menjadi
hal yang dijadikan seperti peribahasa. Aku tidak tahu artinya dahulu, walaupun
sudah kujadikan status dan lain-lain. Pada saat ini aku baru tahu artinya, ya,
pilihan. Aku memilih bahagia walau sampai detik ini penderitaan masih saja
menghantui diriku. Saat orang yang aku kagumi mengacuhkanku, aku berkata pada
diriku sendiri, “ya memang aku bisanya seperti ini. Aku sudah berusaha, aku
sadar diri bagaimana hasilnya. Kalau memang dia lebih baik dariku ya itu memang
dari Tuhan. Jangan khawatir orang ada petaknya sendiri-sendiri. Bayangkan saat
laptopmu rusak kalau dikoyak-koyak sendiri sampai otak dan pikiranmu hancur
melihat tutorial-tutorial macam-macam tanpa ilmu itu sia-sia. Mending ke tukang
servis, nah itu petak manusia. Dia di petak tukang servis, aku di petak orang
yang mau servis. Sudah”.
Pada
saat alam menghukumku dengan kegagalan dan kesulitan dengan caranya, aku selau
bilang, “ada yang lebih tahu aku harus bagaimana, kalau aku sudah berusaha
seperti yang disarankan aku akan mencoba berpikir apa yang terbaik, kalau sudah
diujung aku harus gagal, ya aku akan tawakal.”
Bukan
berarti tidak hanya berdiam dan bilang “yasudah”, tapi berusahalah sampai
menuju ujung hingga kam seakan ingin bunuh diri saja. Itulah yang aku sebut
memilih bahagia. Jadi mulai saat ini bahagia menurutku adalah syukur dan ikhlas
walaupun biasanya bahagia diidentikan dengan senyuman dan tawa. Aku menangis
pun bila itu aku bersyukur akan kusebut bahagia. Hidup adalah pilihan. Silakan kalian
memilih pilihan hidup yang tepat. Namun, jangan lupa bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar