lilaemaliza

Jumat, 22 Februari 2019

Sudah Kuduga


Cerita ini terjadi beberapa hari lalu. Kurang ingat, mungkin satu bulan lalu. Desember bulannya, tanggalnya tepat tanggal tua. Namun, tanggal tua bukan berarti kehabisan kekayaan bulanan karena anak ini beda. Beda, dia selalu memiliki pemasukan yang sedikit demi sedikit malah cukup. Banyak dengan cukup itu berbeda ya. Anak ini namanya Sika, dia punya pasangan monyet namanya Raga. Pasangan monyet maksudnya hasil cinta monyet.
Sika berencana memberikan kejutan pada Raga karena saat itu hari ulang tahunnya sekaligus untuk merayakan menjelang tahun baru. Namun, Sika takut kalau Raga tidak memberikan reaksi apa-apa karena Raga itu anaknya cueknya sampai menembus langit. Bila dapat dikata, kalau belu ada truk tanki tabrakan dengan pesawat, dia tidak akan peduli dengan apapun.
Sika menghubungi Raga mendadak di malam hari karena sebenarnya mereka juga tidak kontak setiap detik seperti monyet-monyet dulu karena kesibukan masing-masing. Raga menjawab dengan keraguan, dia tidak tahu apa besok akan bisa datang ke tempat yang ditentukan Sika atau tidak, di tempat makan dalam Mall di kotanya.
Esok hari datang Sika siap berdandan, tapi biasa saja seperti ingin pergi ke sebelah rumah. Dia tidak berpikir kalau Raga itu kalau sudah tidak janji biasanya sudah tidak bisa datang. Akhirnya dia membuat janji dengan temannya apabila Raga tidak datang. Dia berangkat ke Mall. Rasanya dia punya ide gila.
“Aku mending beli tiket bioskop daripada beli jam tangan. Ya ampun mahal-mahal. Dompet? Juga mahal. Aku mungkin harus beli cilok buat dia. Ah dimana ya? Aku beli jajan apa ya? Takutnya dia nggak suka macam-macam yang aku suka. Aku beli eskrim aja. Gila nanti leleh. Duuuuhh aku harus beli apa. Nanti aja di gedung tempat beli tiket bioskop aku tawari dia.”
Akhirnya Sika hanya membawa dirinya keluar Mall menuju gedung bioskop. Dia tidak sengaja melihat seseorang yang dia kenal dan pernah dia benci. Dia sepertinya teman Raga. Namun, Sika tidak mengenalnya untuk apa menyapa walaupun dulunya dia pernah sok kenal. Ahsudahlah seperti tidak ada kerjaan saja menyapa dia. Siapa dia siapa Sika. Begitu pikirnya.
“What? Ada demo apa ini? Aku nggak tahu harus gimana? Cukup nggak ya antri tiket segini banyaknya. Ah cukup.”
Sumpah kalau kalian tahu bagaimana antrinya pasti memilih jam sore daripada setengah jam kemudian. Kalau kalian antri jam 12 sedangkan filmnya jam 1 mungkin kalian dapat tiket film sudah berjalan beberapa waktu. Di antrian belakang, Sika tidak tahu film apa yang harus dia tonton. Ada Hangout, Cek Toko Sebelah, Assassin, dan apalagi tidak tahu. Sampai gilirannya mendekat batinnya masih perang.
“Aku nonton apa ya? Duh sinyal jelek banget. Raga suka film apa ya? Ini baru pertama kali kita nonton bioskop bareng. Aku pernah tanya dia suka film kayak Suicide Squad. Kalau aku beli hangout suka nggak ya apalagi cek toko sebelah. Duh, tapi aku sudah mimpi-mimpi ingin lihat Hangout. Kalau dia nggak suka jadi nggak surprise dong. Apa aku tanya dia aja dulu? Ah tambah nggak surprise.”
Sambil antri dia sms Raga memberitahukannya kalau Sika sudah di tempat, tapi tidak jadi. Dia memberitahu kalau di gedung bioskop. Betapa kaget Raga dengan pernyataan itu. Dia belum memberikan pernyataan bahwa mereka akan ketemu malah Sika sudah bikin ulah dengan keputusannya sendiri. Kemudian dia jujur memberikan tiket bioskop untuk hadiah ulang tahun. Maklum mereka bukan kalangan orang-orang nigrat.
Sika, astaga aku kan bilang nggak janji. Malah kamu sekarang sudah di sana. Tunggu ya, aku kesana. Aku masih ada kelas sebenarnya.
Sms Raga ke Sika menandakan kalau Raga agak khawatir kalau dia tidak bisa menepati janji dalam keraguan. Namun, Sika mengizinkannya tidak datang kala memang dia tidak bisa. Saat itu memang Sika libur, tetapi Raga masuk kuliah.
“Sika, di mana?”
“Di sini.”
Arah memang menunjukkan mereka bertemu walaupun Sika hanya mengatakan di sini. Raga ditawari makan, minum, dan jajan tidak mau. Sika lapar sekali. Dia tidak tahu kalau pasangannya begitu cuek seperti ini. Tahu kalau cuek tapi tidak sangka sampai segitunya. Kalian tahu, Sika dan Raga masuk bioskop, nonton, tanpa makanan. Renyah tidak menurut kalian? Sudahlah memang adanya begitu.
“Sebenarnya tadi aku sudah siapin nraktir di tempat ini (Raga menunjukkan tempat makan dari Hpnya). Ini pedes banget, aku suka pedes.”
“Gila, kenapa nggak bilang? Aku kan bisa ke sana? Gimana kalau abis nonton?”
“Ah pulangnya kan sore. Kapan-kapan aja. Aku nggak bilang kan mau ngasih surprise aja.”
“Ah gila. Aku juga nggak bilang malah ngasih surprise juga, Raga.”
Kalian tahu apa yang terjadi? Mereka sama-sama tidak memberikan kejelasan dalam surprise. Begitulah hasilnya, tidak sesuai harapan. Bahkan Raga menanyakan mengapa tidak menonton Hangout atau Cek toko sebelah saja. Oh my god. Sika dan Raga lucu agaknya. Bagaimana bisa ada kehidupan model seperti ini ya?
Coba bayangkan kalian ya, memberi surprise ke pasangan, tapi di sana pasangan juga ingin memberi surprise. Dan itu berbeda tempat. Harus ada salah satu yang mengalah agar hanya ada satu tempat yang dituju. Dan itu kamu. Namun, surprisemu agaknya gagal. Bayangkan betapa kamu ingin menjalani surprise yang diberikan pasangan kamu? Lucu sangat lucu guys.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar